spider

Jumat, 29 November 2013

PEMBAHASAN KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

PEMBAHASAN KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM Sanitasi lingkungan merupakan unsur mendasar dalam menjaga kesehatan. Yang dimaksud sanitasi lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat yang bebas dari penyakit. Hal demikian yang dimaksud “bersih” adalah kebersihan jasmani, pakaian, dan kebiasaan seseorang, kebersihan jalan, rumah, saluran air serta kebersihan makanan dan minuman. Dalam sejarah manusia, belum pernah terjadi baik agama samawi hingga undang-undang karya manusia yang menggunakan kesehatan lingkungan semacam ini, sebagai suatu ajaran yang vital sebagaimana Islam. dalam beberapa ayat Al-Qur’an, dapat kita lihat bahwa surat pertama yang diturunkan adalah panggilan kepada ilmu, sedang yang kedua adalah panggilan kebersihan. Surat pertama yang diturunkan adalah surat “Iqra” yang artinya “bacalah”, sedang surat yang kedua adalah QS. Al-Mudatsir : “ dan pakaianmu bersihkanlah” 1.Masyarakat Berwawasan Ekologi Berkelanjutan : Berbagai Tantangan. Jalan menuju ke masyarakat berwawasan ekologi memerlukan dua pendekatan yang pararel: Pertama, menyampaikan masalah-masalah lingkungan yang mendasar saat ini, dan kedua, menyampaikan faktor-faktor utama sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk alasan dasar kerusakan lingkungan. Kedua pendekatan itu bersandar dalam kerangka kemitraan yang berkolaborasi dimana berbagai tokoh dan lembaga. a)Mengelola sampah Sekarang sampah merupakan masalah besar perkotaan, baik di negara berkembang maupun di negara maju, masalah sampah di kota termasuk di dalamnya semakin sulitnya memperoleh lahan baru untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, meningkatnya populasi yang berasal dari sampah dan dari proses pengelolaan serta pembuangan sampah, penipisan sumber-sumber alam akibat pembuangan, serta penglolaan sampah memakai biaya besar. Pendekatan teknologi dan undang-undang untuk melakukan daur ulang. Sistem pasar yang mendukung masyarakat berorientasi daur ulang, dorongan inisiatif daur ulang yang berbasis masyarakat, dan perubahan sikap publik terhadap konsumsi dan pembuangan melalui informasi dan pendidikan publik merupakan beberapa metodologi yang mengkombinasikan pendekatan “atas ke bawah” dan “bawah ke atas”. b)Polusi Setelah sampah, kini polusi mengambil berbagai bentuk pada banyak tingkat. Masalah yang menjadi perhatian khusus adalah polutan yang menimbulkan kerugian bagi penduduk perkotaan dan siklus ekologi, yang dihasilkan lewat pembakaran sampah, emisi industri, dan gas buangan kendaraan bermotor. Dengan semakin jelasnya dampak kesehatan terutama dari gas toksin (beracun) seperti dioksin dan gas perusak hormon, muncul tekanan dari beberapa arah. Polutan undang-undang yang dilaksanakan, penelitian ilmiah dari kalangan pemerintah, dan desakan publik secara khusus memainkan peranan penting. c)Transportasi Transportasi kendaraan bermotor telah mempertinggi mobilitas manusia dan turut memperbesar kemajuan ekonomi. Namun demikian, muncul berbagai akibat negatif dalam bentuk kecelakaan lalu lintas, ketidakadilan sosial, kemacetan, dan polusi udara. Keinginan yang mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada mobil pribadi tampaknya meningkat, terutama yang menggunakan bensin. Gejala ini direspon dengan menciptakan mobil yang berpolusi rendah, dorongan sikap publik yang kurang mengandalkan transportasi swasta, usaha-usaha dengan memberlakukan undang-undang untuk memperkecil dampak lalu lintas pada lingkungan, prakarsa kolaborasi antara pemerintah dan industri untuk membuat dukungan politik yang lebih besar bagi transportasi publik berskala besar dan ozon “bebas mobil” demikian juga dengan program perencanaan perkotaan yang memainkan peranan penting dalam mendesain kota untuk mengubah transportasi ke arah pelayanan publik yang adil. 2.Hubungan Kesehatan Dengan Agama Menurut WHO (world health organization), sehat adalah “Memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit” Sedangkan “Al-Thibbul wiqo’i” adalah ilmu yang berfungsi menjaga individu dan masyarakat terhadap normalitas kesehatannya. Untuk merealisasikan tujuan ini, “At thibul wiqo’i” (judul buku dan kajian buku ini pent) mengkonfirmasikan antara pendidikan, petunjuk (baca wahyu) dan penelitian agar dapat memelihara umat manusia dari berbagai penyakit sebelum dihinggapi atau upaya preventif meluasnya wabah penyakit menular. Di samping itu untuk memperpanjang umur manusia dengan meningkat aspek-aspek ekhiudpan serta mencegah sebab-sebab terjadinya ketegangan saraf. 3.Kota dan lingkungan Kota merupakan pusat kreativitas, budaya dan perjuangan keras manusia. Kota memang merupakan sebuah teka-teki. Kota merupakan mikrokosmis masalah, di samping peluang, dan umat manusia ketika komunitas perkotaan tumbuh menjadi lebih besar dan padat hingga tidak bisa terkendali lagi. Interaksi umat manusia dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia terletak pada kualitas kehidupan pada jutaan mungkin juga miliyaran orang di seluruh dunia dan pengalaman pun menjadi tercampur baur. Berbagai akibat lingkungan yang merugikan yang menjadi dari sifat dari pusat-pusat perkotaan sudah banyak diketahui dan memang benar adanya. Masalah-masalah tersebut memberikan tantangan besar akibat yang langsung dengan mendasar bagi eksistensi umat manusia. Kota merupakan beban dari sumber-sumber alam dan mengotori udara dan air, menimbulkan polusi lingkungan, baik di tingkat daerah, kota, nasional, maupun global. Pembangunan perkotaan secara nyata merusak lingkungan alam dan wilyah-wilayah di sekitarnya. Penduduk perkotaan memberikan tuntutan besar kadang-kadang tak terpenuhi atau persedian air bersih, sistem pembuangan kotoran, pengaturan sampah, perumahan, dan transportasi yang aman dan pantas. Sumber air dan ekosistem. Pada abad ke 21, kekurangan dan pencemaran air oleh bencana banjir akan menjadi masalah serius di sebagian besar kota-kota di negara-negara berkembang. Muncul anggapan bahwa air akan mengantikan minyak tanah sebagai pusat ketegangan politik. Secara historis, kapasitas sebuah kota akan dibatasi oleh ketersediaan sumber-sumber air di kota tersebut. Namun, kota-kota besar yang terletak di wilayah hilir dari sumber air telah menghapuskan faktor-faktor pembatas itu dengan membangun waduk besar di bagian hulu sehingga merusak wilayah hulu. Agar wilayah-wilayah hulu dan hilir dapat saling berdampingan di masa mendatang, perhatian selanjutnya khususnya dinegara-negara berkembang, adalah bencana banjir yang menyebabkan tidak terserapnya air hujan ke dalam tanah, karena tingkat urbanisasi melaju cepat, dan penyedotan air tanah yang berlebihan, yang menyebabkan sirkulasi air regional dan menyebabkan tanah longsor. Sejumlah isu tersebut dapat dimengerti bahwa tuntutan kota akan air bersih, sebagian besar tidak dipenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Blogroll

Blogger news

Blogger templates

Blogger news

Blogger templates

Blogger templates

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts

Popular Posts

Popular Posts